Menjadi Pendengar adalah (Semoga) Jalan Surgaku
Bagiku, menjadi seorang penyintas bipolar disorder adalah sebuah anugerah dan juga kutukan di sisi lain. Beberapa anugerahnya adalah aku dapat berempati ke orang lain lebih mendalam dibandingkan orang-orang biasanya, aku lebih paham mengelola hati dan dinamika perasaan dibandingkan laki-laki lainnya, aku juga terlebih dari itu mengenal diriku sendiri dibandingkan teman-teman sebayaku–bahwa aku punya visi, yaitu, menjadi pendengar yang berdampak luas dengan intelektual (akal) dan intuisi (hati).
Sesuai dengan namaku–Ismail, yang berasal dari Bahasa Ibrani, yaitu semoga Tuhan mendengar. Bagiku itu adalah amanah dan sebuah impian yang dititipkan orang tua kepadaku. Tidak ada kebetulan di dunia ini, yang ada hanya rencana Tuhan terbaik.
Dengan segala dinamika yang ada dari 2016 sampai 2023, aku memahami bahwa menjadi pendengar itu adalah sesuatu hal yang sangat esensial–diperlukan oleh semua orang, tetapi semua orang tidak bisa mendengarkan dengan baik. Terkadang orang-orang hanya membutuhkan teman dengan hati yang bisa mendengarkan. Mungkin beberapa di antara mereka butuh bantuan profesional, tetapi kebanyakan dari mereka–-masih malu untuk bisa cerita ke profesional.
Dari bulan Agustus 2021, aku mendaftarkan dan lolos seleksi menjadi Pendengar atau Konselor Sebaya di Ruang Curhat Masjid Salman ITB. Banyak kali aku ditampar oleh insight-insight ketika kami berkumpul secara daring untuk berkabar dan membahas sebuah materi atau pun kasus.
Tuhan tuh sayang aku banget, ya?
Itu lah hal yang sering aku ingat dan ulang-ulang diriku afirmasikan kepada diri sendiri. Tuhan menegurku dengan halus ketika aku terluluh dengan dunia dan berlulur dengan dosa. Pada akhirnya, aku menerima diri sendiri sebagai manusia biasa–yang punya kelebihan dan kekurangan, yang juga terus bertumbuh di ujung usia 22-ku.
Pada suatu masa di penghujung Oktober 2022, aku mengkonselingi via chat seorang ikhwan yang bingung terhadap jurusannya. Aku pun memberi dia tugas untuk membuat sebuah proposal hidup–menuliskan sedang di mana dan mau kemana. Aku pun menulis sebuah template dan sekaligus kuisi, dan sampai sekarang, aku terus mengisi proposal hidupku.
Dan…. di ujung Januari 2023 ini, seorang konselor sebaya ini akan naik tingkat, insya Allah, menjadi seorang Konselor Profesional Ghazalian–berdasarkan perspektif Imam Al-Ghazali. Walaupun masih banyak kealfaan dalam hidup ini, semoga ini menjadi (semoga) jalan untuk bisa mencapai surga-Nya.
Aamiin insya Allah.
9 Januari 2023