Mimpi Kami untuk Rewulan
Ada dua insan manusia, yang tidak bisa melihat indahnya dunia, namun mereka bersama, sampai detik ini. Berbicara tentang sepasang sejoli itu: seorang bapak yang buta total (blind) dengan seorang ibu yang kurang penglihatan (low vision).
Kalau ditanya, “Apakah mereka bahagia?” Mereka akan menjawab, “Bahagia itu bukan apa yang kita lihat, tetapi apa yang ada di dalam dada.” Melihat mereka berdua selalu tersenyum dan tertawa, Sang Bapak yang selalu memberikan lelucon-lelucon tidak jelas dan Sang Ibu yang selalu tertawa terkikik-kikik. Begitu pun, jika Sang Ibu berceloteh panjang dengan apa yang ia rasakan, maka Sang Bapak dengan serius menyimak dan mendengarkan.
Menyadari hidup apa adanya, bukan berarti membuat mereka hidup tanpa mimpi dan perjuangan. Satu hal dari beratus ribu mimpi mereka adalah menghidupi si kecil sampai mandiri, Remwulan, namanya. Umurnya sekitar 7 tahun, baru masuk kelas 1 SD. Syukurnya, Ia melihat dunia dengan indahnya.
“Pak, Bu, aku suka diejek sama teman kelasku, karena punya orang tua yang gak bisa ngelihat,” ujar Rewulan suatu hari dari pulang sekolah. Sang Ayah membantu menguatkan, “Nda, apa-apa Dek, toh yang jadi pahala kan buat Adek kalau diejek, nanti mereka dapat dosanya sendiri.”
Berbeda dengan Sang Ibu, tak terasa bulir air mata turun di pipi beliau, mendengar anaknya diejek, ia merasa teriris seperti tatkala ia memotong bawang dengan penglihatan seadanya, perih tapi nyata, walau bukan ia yang mengalaminya sendiri.
Sang Ibu menyeka pipinya, memeluk anaknya, mencium ubun-ubun dan keningnya, sembari berkata, “Adek harus kuat ya? Ibu yakin Adek bisa, tidak apa-apa seluruh dunia membenci Adek, tetapi kasih sayang Ibu dan Bapak nyata adanya.”
Akhirnya, Sang Bapak memeluk keduanya, melewati rintangan hidup, agar Rewulan bisa mandiri, selayaknya anak yang kuat dan tumbuh tegar.
“Semoga tidak ada lagi, Renggandis-Renggandis baru, yang memutuskan pergi ke atas dengan sengaja, karena tidak tahan menghadapi kerasnya dunia,” saat mereka bertiga mengunjungi makamnya Kakak Rewulan, di sebuah pemakaman, kota besar, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia, Bumi.