Suara yang Menyembuhkan
Pada suatu malam, lemari kayu berwarna coklat tua terbuka, aku menatap lembaran-lembaran kertas, mencatat berbagai macam kebutuhan untuk esok hari.
Ternyata aku cuman butuh satu, hati yang jernih, untuk bisa melihat peta dengan jelas, untuk bisa mendengar tanda-tanda semesta lebih… indah? Barangkali aku hanya sesosok manusia, yang juga mungkin ada samanya dengan manusia-manusia lain.
Aku cuman butuh satu, hati yang jernih itu. Yang bisa menenangkan dan mendamaikan. Bagai bunga teratai di kolam yang kotor, ia bermekaran dan mewangikan bunga di taman-taman Firdaus. Mungkin airnya tidak jernih pada awalnya, penuh lumpur, tetapi ia menjadi sumber energi bagi teratai untuk tumbuh.
“Aku mencintaimu,” seolah-olah ada lolongan dari kejauhan yang menyatakan afeksinya kepadaku.
Aku pun hanya tersenyum, dan melanjutkan bunga tidurnya, “Iya udah, nanti kita ketemu lagi ya, di mimpi-mimpi selanjutnya!”
Aku pun terbangun, dan siap-siap untuk pergi bekerja di usaha rintisan, NISKALA Konseling & Hipnoterapi.
“Mimpi membuatmu tidak bisa tertidur, bukan yang membuatmu tertidur lelap.”
— Furqon Albanna, 2024 —